Di Akhir Cerita Mengapa Pohon Apel Menangis

  Edukasi
Di Akhir Cerita Mengapa Pohon Apel Menangis

Di akhir cerita, mengapa pohon apel menangis ?​

1. Di akhir cerita, mengapa pohon apel menangis ?​

Jawaban:

Di akhir cerita, mengapa pohon apel menangis? Pohon apel menangis karena merasa bahagia bisa bersama-sama dengan temannya lagi.

Penjelasan:

l

2. di akhir cerita Mengapa pohon apel menangis​

Pohon apel menangis karena merasa bahagia bisa bersama-sama dengan temannya lagi.

3. 1.Siapa teman pohon apel? 2.Apa yang dirasakanpohon apel saat bermain dengan temannya? 3.Apa kebaikan yang diberikan pohon apel? 4.Mengapa pohon apel merasa kesepian dan sedih? 5.Diakhir cerita mengapa pohon apel menangis?

Teman Pohon Apel adalah si anak laki-lakiYang dirasakan Pohon Apel saat bermain dengan temannya adalah gembira dan bahagiaKebaikan yang diberikan pohon apel adalah memberikan batangnya untuk dijadikan bahan membuat rumah dan membolehkan si anak laki-laki untuk beristirahat di sisa batangnyaPohon Apel merasa kesepian dan sedih karena si anak laki-laki tidak kembali lagi setelah mendapatkan kayu untuk membuat rumah.Di akhir cerita Pohon Apel menangis sebab ia bahagia karena si anak laki-laki ternyata kembali lagi setelah dewasa dan Pohon Apel dapat membantunya
lagi. Ia pun bisa kembali bersama dengan temannya.

Pembahasan

Pohon Apel yang Tulus adalah cerita anak berupa dongeng yang mengisahkan pertemanan Pohon Apel dan anak laki-laki yang sering bermain di sekitarnya. Dongeng itu sendiri merupakan sebuah karya karangan yang isinya tidak benar-benar terjadi, namun mengandung nilai positif tertentu yang dapat menjadi percontohan perilaku bagi anak-anak.

Pesan moral dalam Pohon Apel yang Tulus adalah

Kita hendaknya saling tolong-menolong antarsesama.Tolong-menolong harus dilakukan dengan ikhlas dan tulus tanpa berharap balasan.Datangi temanmu ketika ia membutuhkan dan jangan hanya mendatanginya ketika kita membutuhkan teman kita.

Pesan moral yang terakhir merujuk pada perilaku si anak laki-laki yang terkesan gemar memanfaatkan temannya, Pohon Apel. Sepanjang cerita ia ditampilkan hanya datang kepada Pohon Apel ketika membutuhkan bantuan atau suatu hal tertentu, misalnya membutuhkan kayu untuk membuat rumah. Bahkan, ia segera pergi ketika sudah mendapatkan yang ia inginkan. Ia akhirnya kembali lagi saat sudah tua dan membutuhkan bantuan untuk yang terakhir kalinya.  Perbuatan si anak laki-laki ini merupakan perilaku yang tidak baik karena hanya mau berteman ketika membutuhkan sesuatu atau gemar memanfaatkan kebaikan orang lain.

Di satu sisi, Pohon Apel yang tulus dan baik hati selalu bersedia menolong temannya yang kesusahan. Saat menolong orang lain, ada baiknya kita melakukannya tanpa pamrih. Artinya, kita tidak mengharapkan orang lain untuk membalas kebaikan kita. Meskipun si anak laki-laki tidak pernah membantu Pohon Apel, ia tetap tidak pernah sungkan-sungkan memberikan bantuan kepada anak laki-laki. Menolong orang memang perbuatan yang baik, tetapi jika kamu merasa dimanfaatkan oleh temanmu dan merasa tidak nyaman karenanya, sebaiknya kamu menasihati temanmu agar ia juga bisa menghayati sikap tolong-menolong dan hubungan kalian menjadi lebih baik. Kata kunci pada sikap tolong-menolong ada pada kata saling. Artinya, perilaku gemar menolong ini dilakukan secara timbal balik atau terhadap satu sama lain.

Pelajari lebih lanjut  Unsur intrinsik dalam Ande-ande Lumut → https://brainly.co.id/tugas/4449882 Pesan moral dalam Pohon yang Sombong → https://brainly.co.id/tugas/32292928  Watak dan Perwatakan dalam Berlian Tiga Warna → https://brainly.co.id/tugas/7680049

 

Detail jawaban

Kelas: 9

Mapel: B. Indonesia

Bab: Bab 15 – Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik

Kode: 9.1.15

#JadiRankingSatu

4. Apa tema dari cerita ayam betina dan sebuah pohon apel

mungkin harus baca ceritanya dulu baru dapat menentukan temanya apa.

5. pesan dari cerita pohon apel yang tulus=​

Penjelasan:

kisah persahabatan antara pohon apel dengan anak laki-laki yang terus terjaga sampai anak laki-laki berusia lanjut usia, pohon apel yang tulus terus berusaha memberikan kebaikkan manfaat hidupnya kepada sahabatnya anak laki-laki tersebut. semoga membantu.

6. sudut pandang dari cerita pohon apel adalah​

Jawaban:

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari.

Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya.

Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu.

Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.

Waktu terus berlalu.

Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.

Suatu hari ia mendatangi pohon apel.

Wajahnya tampak sedih.

“Ayo ke sini bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu.

“Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi,” jawab anak lelaki itu.

“Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.”

Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang… tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu.”

Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita.

Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi.

Pohon apel sangat senang melihatnya datang.

“Ayo bermain-main denganku lagi,” kata pohon apel.

“Aku tak punya waktu,” jawab anak lelaki itu.

“Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?”

“Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu,” kata pohon apel.

Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira.

Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi.

Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi.

Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya.

“Ayo bermain-main lagi deganku,” kata pohon apel.

“Aku sedih,” kata anak lelaki itu.

“Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?”

“Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah.”

Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya.

Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian.

“Maaf anakku,” kata pohon apel itu. “Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu.”

“Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu,”jawab anak lelaki itu.

“Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat,” kata pohon apel.

“Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu,” jawab anak lelaki itu.

“Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu.

Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini,” kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.

“Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang,” kata anak lelaki.

“Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu.”

“Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang.”

Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon.

Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Penjelasan:

ini soal cerita pohon apel ya…..?

7. akhir cerita pada cerita batu menangis

Jawaban:

Sang anak terus menerus mengejek dan merendahakan ibunya disepanjang jalan.Ibunya yang sudah tidak kuat mendengar ucapan sang anak pun berdoa kepada Tuhan agar dapat memberikan balasan kepada anaknya.

Tapi siapa sangka,doanya terkabul kemudian anaknya tiba tiba berubah menjadi batu dari ujung kaki.Sa
ng anak yang mengetahui kesalahannya pun mencoba meminta maaf kepada ibunya sambil menangis.Tapi sudah terlembat,si anak berubah menjadi…Batu

Akhirnya batu tersebut dikenal sebagai batu menangis

Penjelasan:

semoga membantu

8. cerita fiksi kisah pohon apel​

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main dibawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, dan tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.

Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tak lagi bermain-main dengan pohon apel setiap harinya. Suatu hari, ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih.

“Ayo kesini, bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu.

“Aku bukan anak kecil lagi yang bermain-main dengan pohon lagi,” jawab anak itu.

“Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang tuk membelinya,”

Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang. Tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu.”

Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada dipohon dan pergi dengan suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang.

“Ayo bermain-main denganku lagi,” kata pohon apel.

“Aku tak punya waktu,” jawab anak lelaki itu. “aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?”

“Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi, kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu,” kata pohon apel.

Kemudian, anak lelaki menebang semua dahan dan rantingpohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anakk lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya.

“Ayo bermain-main lagi denganku,” kata pohon apel.

“Aku sedih,” kata anak lelaki itu.

“Aku sudah tua dang ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberiku sebuah kapal untuk pesiar?”

“Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah.”

Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian.

“Maaf, anakku,” kata pohon apel itu, “aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu.”

“Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk menggigit buah apelmu, “jawab anak lelaki itu.

“Sekarang, aku juga sudah tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat,” kata pohonnya apel.

“Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu,” jawab anak lelaki itu.

“Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini,” kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.

“Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang, “ kata anak lelaki.

“Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu.”

“Ooooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring dipelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang.”

Anak lelaki itu berbaring dipelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air mata.

Bantu Follow

“hai pohon apel kamu kenapa” kata si anak

“saya sedih karena orang-orang mengambil apelku tidak sopan mereka melempar batu ke apal saya”kata si pohon

Penjelasan:

maaf ga jelas,terusanya sendiri ya

9. Tema dari cerita ayam betina dan sebuah pohon apel

temanya : cerita fabel

10. apa amanah yang terkandung dalam cerita pohon apel yang tulus​

Jawaban:

Kita harus menolong sesama dengan rela hati serta iklhas.

11. Siapakah penulis cerita pohon apel dan pengembara​

Jawaban:

Aesop

Buktiadadigambar,itufototemaadikaku

Detail:

Mapel:B.indonesia

Kelas:3SD

SEMOGAMEMBANTU:)

12. Deskripsi cerita pohon apel yang tulus

Dahulu kala, di sebuah padang hiduplah sebuah pohon apel yang rindang dan banyak buahnya. Setiap hari, ada seorang anak kecil yang senang bermain di bawah pohon tersebut. Ia memanjat pohon tersebut, duduk di atas batang yang besar dan kuat, makan apel dan bahkan tidur di bawah rindangnya pohon. Ia sangat mencintai pohon itu, demikian pula sebaliknya sang pohon. Ia tak pernah merasa keberatan saat si anak kecil bermain di sekitarnya. Ia bahkan seringkali mengajaknya bercanda dan bercerita.

Waktupun berlalu, si anak telah beranjak dewasa. Suatu hari ia mengunjungi pohon apel dengan wajah yang sedih.

“Apel, aku sedih,” katanya.

“Mengapa kau sedih wahai a
nakku?”

“Aku tak punya mainan, aku ingin membeli mainan tapi aku tidak punya uang,” katanya lagi.

Melihat si anak menangis, pohon apelpun iba. Dijatuhkannya beberapa buah apel dari tubuhnya. “Aku tak punya mainan untuk kuberikan padamu. Tetapi, kau bisa menjual apel-apel ini agar kau punya uang dan bisa membeli mainan,” kata si pohon apel.

Bergegas dengan wajah bahagia dan penuh semangat, anak kecil itu memungut semua apel yang jatuh dan dijualnya ke pasar. Iapun berhasil membeli mainan yang didambakannya.

Sayangnya, ia tak pernah kembali… dan bersedihlah si pohon apel.

Si anak telah beranjak dewasa. Ia telah memiliki keluarga dan anak-anaknya. Suatu kali, ia lewat di padang. Dan pohon apel menyapanya, “hei, kemarilah. Ayo bermain denganku,” katanya.

“Ah, aku tak punya waktu bermain denganmu. Aku punya anak dan keluarga yang harus kuberi makan dan tempat tinggal. Tetapi aku tak punya cukup uang untuk membeli rumah,” keluhnya.

Tak tega melihat si anak yang tak punya rumah, pohon apelpun berkata, “Nak, aku tak bisa memberikanmu sebuah rumah. Tetapi, kau bisa memotong ranting-ranting kokohku ini. Bangunlah rumah dengan rantingku agar keluarga dan anak-anakmu tak lagi kedinginan, kehujanan dan kepanasan.” kata si pohon apel.

Kegirangan mendengar ide pohon apel, si anak mengambil gergaji dan memotong ranting-ranting pohon apel dengan penuh semangat.

Sayangnya, ia tak kembali lagi… dan pohon apelpun bersedih.

Beberapa tahun kemudian, si anak kembali dengan wajah yang letih dan lesu.

“Hai, kemarilah. Ayo bermain denganku,” sambut pohon apel kegirangan melihat si anak kembali.

“Tidak, aku tak punya waktu bermain denganmu. Aku sudah tua. Aku merasa jenuh. Aku ingin menghibur diriku dan berlayar di samudera luas. Bisakah kau memberikanku sebuah kapal yang besar?” tanya si anak.

“Hmm… aku tak bisa memberikanmu kapal yang besar. Tetapi, kau boleh memotong batang pohonku dan membuatnya menjadi kapal,” kata pohon apel dengan tulus.

Demikianlah si anak memotong batang pohon apel yang besar. Mengubahnya menjadi kapal dan pergi berlayar. Ia meninggalkan pohon apel yang kini tinggal akar yang lemah.

Pohon apelpun bersedih dan berdoa agar si anak dapat kembali lagi.

Benar dugaan si pohon apel, suatu hari, si anak kembali mengunjunginya. Namun ia sudah sangat tua dan lemah. Ia terlihat sangat lelah.

“Hai nak, kemarilah. Aku sudah tak punya apa-apa yang bisa kuberikan padamu. Tak ada buah apel, tak ada ranting atau batang pohonku,” katanya.

“Tidak, aku tak butuh apelmu. Gigiku tak lagi kuat untuk mengigitnya. Aku juga tak butuh rantingmu, tubuhku terlalu lemah untuk memanjatnya,” kata si anak.

“Lalu apa yang kau butuhkan dariku? Buahku sudah kau ambil, rantingku sudah kuberikan, bahkan batangku sudah kau jadikan kapal. Kini aku tinggal akar yang lemah dan tua. Aku sudah tak berdaya,” kata pohon apel.

Si anak kecil berlutut dan menangis di dekat akar tua itu. “Maafkan aku, aku telah membuatmu nyaris mati dan tak berdaya. Aku sudah merampas semua milikmu dan malah seringkali pergi meninggalkanmu. Kini, ijinkan aku berbaring di sampingmu. Aku terlalu lelah, dan aku hanya butuh sebuah tempat untuk beristirahat, terakhir kalinya.”

“Kemarilah nak, aku akan memberikanmu tempat beristirahat yang tenang sepanjang sisa hidupmu…” kata pohon apel sambil tersenyum bijaksana.

Pohon apel di sini mengingatkan kita pada orang tua. Yang ketika masih kecil mengajak kita bermain, memberi makan, dan memanjakan. Namun, ketika kita dewasa, kita seringkali melupakannya. Kita banyak meminta, banyak menuntut, dan hanya datang saat kita punya masalah saja.

Jangan biarkan orang tua kita hidup bagaikan pohon apel yang tinggal akarnya saja. Buatlah orang tua Anda menjadi pohon apel yang subur dan tumbuh sehat hingga masa tuanya.

Sampai menjadi pohon apel yang berbahagia.

13. Apa yang ingin di buat laki laki dalam cerita pohon apel

Jawaban:

rumah untuk tempat tinggal.

Semoga Membantu Terimakasih;)

14. Bagaimana karakter tokoh bocah dan pohon apel dalam cerita kisah anak kecil dan pohon apel

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari.

Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya.

Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu.

Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.

Waktu terus berlalu.

Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya.

Suatu hari ia mendatangi pohon apel.

Wajahnya tampak sedih.

“Ayo ke sini bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu.

“Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi,” jawab anak lelaki itu.

“Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.”

Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang… tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu.”

Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita.

Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi.

Pohon apel sangat senang melihatnya datang.

“Ayo bermain-main denganku lagi,” kata pohon apel.

“Aku tak punya waktu,” jawab anak lelaki itu.

“Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?”

“Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu,” kata pohon apel.

Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira.

Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi.

Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi.

Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya.

“Ayo bermain-main lagi deganku,” kata pohon apel.

“Aku sedih,” kata anak lelaki itu.

“Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?”

“Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah.”

Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya.

Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian.

“Maaf anakku,” kata pohon apel itu. “Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu.”

“Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu,”jawab anak lelaki itu.

“Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat,” kata pohon apel.

“Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu,” jawab anak lelaki itu.

“Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu.

Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan se
karat ini,” kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.

“Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang,” kata anak lelaki.

“Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu.”

“Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang.”

Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon.

Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

sekian dan terimakasih:)

15. Pohon Apel yang TulusDahulu kala, ada sebuah pohon apel besar.Ada srorang anak laki- laki bermain disekitar pohon itu. Dia sangat menyayangi pohon itu.Pohon itu juga senang bermain denganya.A. Siapakah tokoh yang diceritakan diatas ? …B. Siapakah yang berwatak baik pada cerita diatas ? …​

Jawaban:

tokohnya: anaklakilaki

watak baik: anaklakilakidanpohon

Penjelasan:

mengapa watak baiknya anak laki laki dan pohon? karena pohon tersebut tidak marah pada anak itu dan anak itu pun sangat menyayangi pohon itu

16. apa latar cerita dari cerita pohon apel​

Jawaban:

Kebun, halaman rumah

Penjelasan:

17. cerita pohon apel dan anak lelaki

suatu hari ada seorang anak yang sangat lelah dan bersandar di sebuah pohon yang besar. setiap hari dia selau berisitirahat disitu. sampai suatu hari dia terlihat sangat lpaar dan kemudian pohon apel itu berkata ” hai, ambillah buahku dan makanlah. kau boleh ambil sesukamu ” anak itu girang bukan main. sampai suatu hari dia datang dan mengatakan dia membutuhkan uang dan pohon itu menyuruhnya menjual buah- buahnya “ambillah buahku dan juallah, dengan begitu kau akan memperoleh uang”. kemudian dia pergi. dan suatu hari dia kembali lagi dia membutuhkan ranting untuk membuat api unggun dan kemudian pohon itu menyuruh mengambil rantingnya. kemudian dia pergi. hari pun berlalu dan sudah lama dia tak mengunjungi pohon itu. sampai suatu ketika dia datang dan ingin membuat rumah namun kayu yang dibutuhkan tidak ada, “ambillah batangku, aku sudah tidak memiliki apa-apa lagi,” dengan segera dia memotong batang pohon tersebut dan membuat rumah yang diinginkan. dan suatu hari dia sudah mencapai umur yang tua dan menghampiri bekas pohon tersebut dan bersedih karena dia tidak memiliki tempat berteduh lagi dan dia pun meninggal di tempat bekas tersebut

maaf ya kalau ada yang kurang
soalnya lupa lupa ingat

18. pesan dari cerita pohon apel yang tulus=​

Jawaban:

“Pesan yang disampaikan dari cerita dongeng pohon apel yang tulus adalah ketika menolong seseorang lakukanlah dengan tulus dan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan”

Keterangan:

SemogaMembantu...

Maafyahkalausalah...

#SEMANGATBELAJARNYAYAH...#

Salam kak Dzakirah & Brainly.

Kalaubenarlikeyah...

ok…

19. Konflik tentang apa dan bagaimana cerita diakhiri dalam buku cerita batu menangis

Tiba-tiba muncul dalam benaknya, apakah telah terjadi sesuatu dengan Putri Sedepa? Dengan panik, ia berdiri dengan lemahnya akibat lelah, dahaga dan lapar yang tidak terkira, ia mencoba untuk berlari. Begitu khawatirnya Pangeran Sakti dengan kondisi Putri Sedepa.

Sesampainya di tengah hutan, kekhawatiran Pangeran Sakti semakin menjadi-jadi, ketika dilihatnya beronang Putri Sedepa yang tergeletak dikerumuni burung-burung dan binatang hutan lainnya.

Ia yakin bahwa itu adalah beronang Putri Sedepa, karena Putri Sedepa sendirilah yang mengayam beronang itu dengan memberi tanda di ujung dekat talinya. Perasaan panik dan cemas semakin merayapi Pangeran Sakti, dengan serabutan ia berlari ke seluruh penjuru hutan sambil meneriakkan nama Putri Sedepa.

Di tempat yang lain, terlihat Putri Sedepa tengah asyik masuk bermain air, ia berenang ke sana kemari, melompat dari kolam air hangat menuju dinginya air sungai, begitu terus menerus. Tak didengarnya lagi gema panggilan Pangeran Sakti yang menyebut namanya.

Di sisi lain hutan, Pangeran sakti terus berlari mencari istrinya sambil menyeret beronang yang ia temukan di hutan. Hari telah beranjak petang. Tak lama kemudian sampailah Pangeran sakti di tepi sungai yang berseberangan dengan kolam air hangat yang sedang dinikmati Putri Sedepa, tiba-tiba matanya tertumpu pada sosok yang timbul tenggelam di tengah kolam itu, seorang perempuan berambut sangat panjang tengah asyik bermain di tengah kolam dengan wajah yang tak lepas dari gelak tawanya.

Sadarlah Pangeran sakti siapa gerangan perempuan tersebut. Perasaan khawatir yang tadi begitu menghantui Pangeran sakti berubah menjadi perasaan marah yang meluap-luap tak terkendali.
“Putri Sedepa!” panggilnya dengan lantang.

Mendengar namanya dipanggil oleh suara yang begitu dikenalnya, tiba-tiba Putri Sedepa seperti disadarkan, “Kanda…!” bisiknya takut, ketika melihat wajah suaminya yang berubah menjadi merah menyala. Ia berlari menyongsong kedatangan suaminya.

“Berhenti di situ!” bentak Pangeran sakti lebih keras lagi. Putri sedepa berhenti di satu sisi sungai lainnya, ia
memandang wajah suaminya dengan takut, lalu pandangannya beralih ke tangan suaminya yang memegang sesuatu, oh…tidak! Ia baru tersadar harusnya ia mengantar makan siang untuk suaminya, sudah berapa lamakah ia asyik bermain di kolam itu.

“Kanda maafkan aku!” pintanya sambil tersedu. Pangeran Sakti tak memiliki ampun untuk Putri Sedepa, ia merasa telah dilalaikan oleh istrinya sendiri. Kelalaian Putri sedepa tak bisa ia maafkan.

Sambil melemparkan beronang itu ke arah Putri Sedepa, Pangeran sakti berkata ” Putri, kau telah lancang dan melalaikan suamimu. Tidak tahukah engkau, bahwa suamimu telah bekerja keras demi kehidupan kita nanti, tidak tahukah kamu, berapa lama suamimu menahan dahaga dan lapar yang tak terperi, tidak tahukah kamu, betapa khawatirnya perasaanku begitu melihat beronangmu tergeletak berserak di tengah hutan, tidak tahukah kamu, betapa suamimu sangat mencemaskan keberadaanmu. Sungguh sangat kusesali telah kubangun perasaan itu, sedangkan kau tengah asyik menyalurkan kesenanganmu di tengah hutan ini. Benar kata Dewata Agung, aku takkan sanggup menjadi manusia, aku takkan sanggup bersama manusia, manusia itu egois, asyik dengan dirinya sendiri, lalai dan selalu lupa. Putri, kau telah menghancurkan harapanku untuk terus hidup bersamamu!”

”Tidak, Kanda… hamba mohon maafkanlah hamba… hamba telah lalai!” Jerit Putri Sedepa sambil menangis.

”Wahai Dewata Agung, hamba mohon ampunkan hamba, hamba benar-benar telah menyesal, hamba mohon izinkan hamba untuk kembali ke kerajaan langit!” Pinta Pangeran sakti sambil duduk bersimpuh dengan menyatukan kedua telapak tangannya di depan dada.

Tak lama kemudian terdengar suara menggelegar yang disertai angin puyuh yang teramat kencang.
”Pangeran Sakti, permintaanmu aku kabulkan. Kau memang lebih diperlukan di kerajaan langit!” seiring dengan menghilangnya suara tadi, Pangeran Sakti pun menghilang dari hadapan Putri Sedepa.

”Tidaaaaaak… Kanda, hamba mohon kembalilah!” teriak Putri Sedepa memanggil Pangeran Sakti. Putri sedepa betul-betul menyesali kelalaiannya. Sepanjang malam ia terus memohon kepada Dewata Agung untuk mempertemukannya dengan Pangeran Sakti. Tapi sayang, hingga pagi menjelang Pangeran sakti tak muncul-muncul di hadapan.

Putri Sedepa pun berlari ke tempat yang paling tinggi di hutan itu, sambil duduk bersimpuh menghadap kearah bukit Kaba sebagai gerbang kerajaan langit, ia terus meratap dan memohon untuk dipertemukan dengan suaminya.

Hari demi hari, minggu demi minggu, terbilang bulan ia lalui, terus menangis memohon maaf kepada suaminya, hingga pada saat purnama ke tujuh Putri Sedepa menghilang, dan ditempatnya duduk bersimpuh muncullah sebuah batu yang terus mengeluarkan air. Konon Putri Sedepa berupa menjadi batu, walaupun begitu ia terus menangis

Video Terkait